Merupakan kependekan dari “pendekatan”, istilah ini muncul sejak jauh hari—entah kapan. Yang jelas, ketika kami mulai beranjak mencari pasangan, istilah ini sudah kami gunakan. Tujuannya jelas, mendapatkan pasangan. Caranya? Sangat individual. Disini kami mencoba memberi perspektif dari mata lelaki dan pengalaman pribadi.
“Tak kenal maka tak sayang”—demikian pepatah tua itu bertutur. Sebelum lebih dekat, tentu saja harus “kenal” terlebih dahulu. “Kenal” yang seperti apa? Minimal pernah bertemu dan memperkenalkan diri—menyebut nama masing-masing. Jabat tangan dan senyum-yang-membuat-penasaran adalah opsional.
Di jaman serba praktis akibat uluran teknologi seperti sekarang ini, entah proses perkenalan mengalami kemajuan atau kemunduran. Dahulu kala, proses perkenalan sangat kental unsur silaturahminya—berjabat tangan. Sekarang? PIN BB dan identitas komunikasi lainnya bisa didapat hanya dengan sentuhan jari atau bisa juga lewat koneksi teman. Sebenarnya menurut kami, pemberian identitas komunikasi seharusnya dengan izin si pemilik identitas tersebut, misal: nomor ponsel, alamat messenger, dll.
Katakanlah kalian telah mendapat identitas komunikasi si wanita itu dan akan melakukan pdkt, pasti kalianlah yang akan menghubungi lebih dulu. “Sederhana dan berkembang—tidak membosankan” itulah trik dasar dan umum untuk para pelaku pdkt. Sederhana karena berawal dari: “Sedang apa?” Berkembang dari mulai hal sepele sampai diskusi santai membahas sesuatu yang menjadi minat masing-masing (yang biasanya diisi dengan ngomongin orang lain). Atau bisa juga mencela objek yang sama. Semua dilakukan agar si wanita tetap membalas balasan kita, karena itu perlu dijaga agar topik bahasan berada pada kadar yang tidak membosankan.
Secara umum, pdkt dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Random talking. Pembicaraan ngalor-ngidul tentang apapun dilakukan oleh pria sambil mencari “celah minat” dari si wanita tersebut. Pembicaraan santai dan penuhhaha-hehe dilakukan disini. Entah kenapa, ketika mencari “celah minat” dari seorang wanita, para lelaki menjelma menjadi orang yang mudah sekali mengingat.
2. Attention-seeking. Di sini pria mulai mencari perhatian. Pria berusaha “memberi tahu” (padahal sebenarnya memberi #kode) aktivitas yang ia lakukan dengan penuh harap bahwa si wanita akan memberi tahu juga aktivitas yang akan dan sedang ia lakukan. Di sini pria biasanya memberi tahu aktivitas remeh misalnya: “duh kuliah ngantuk” agar si wanita bertanya: “kuliah apa?” dst. Pria pun tak segan menjadi pihak yang teraniaya secara mendadak, misal menceritakan kesialan yang dihadapi. Percayalah, ketika pria ditanya sedang apa oleh wanita yang didekatinya, ia merasa senang.
3. Attention-giving. Pria mulai member perhatian yang agar remmed, missal si wanita berkata bahwa ia ingin makan, maka pria akan dengan mudahnya berkata “selamat makan”. Percayalah, pria punya 1000 “selamat” lagi untuk menunjukkan perhatiannya kepada wanita yang di pdkt. Dan ketika kalian berpacaran, akan ada 1000 “selamat” lagi. Dari mulai selamat makan hingga selamat pipis—mungkin.
4. Assessment. Ini waktunya penilaian. Masing-masing menilai baik-buruk dari masing-masing lainnya. Mulai dicari kesamaan dan perbedaan minat, mulai dari musik sampai hal remeh. Dari sini terlihat sekali, frekuensi komunikasi yang semakin sering dan frekuensi ajakan pergi berdua saja yang semakin intens. Ini proses yang paling panjang dan menentukan akan seperti apa ke depannya. Perlukah komitmen?
Seperti itulah kira-kira pdkt versi kami. Lamanya waktu pdkt sangat beragam dan tidak bisa ditentukan secara pasti.
Kenapa ada “boyfriend” dan “girlfriend?” Karena dalam perkenalan dengan orang baru, “boy” dan “girl”—jika kalian lawan jenisnya, akan sulit jika hanya akan menjadi “friend”
:)
Source : http://itumblrb.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment